Lensaborneo.com- Pilwali Samarinda yang akan datang menghadirkan situasi unik dengan hanya satu pasangan calon yang bertarung, yaitu pasangan petahana Andi Harun dan Saefuddin Zuhri.
Joha Fajal, anggota DPRD Samarinda dari Fraksi NasDem, melihat kondisi ini sebagai tantangan baru bagi demokrasi di Samarinda, di mana kotak kosong menjadi satu-satunya pilihan alternatif bagi masyarakat.
Menurut Joha, situasi tanpa kompetitor ini mencerminkan kepuasan publik terhadap kinerja Wali Kota saat ini.
“Kondisi ini mungkin menunjukkan bahwa kinerja Wali Kota Samarinda dinilai sangat baik oleh masyarakat, sehingga calon lain berpikir dua kali untuk bersaing,” ujar Joha.
Lebih lanjut, Joha menegaskan bahwa aturan dalam Pilwali tetap harus ditegakkan dengan ketat. Setiap calon, termasuk petahana, wajib mengambil cuti selama masa kampanye dan tidak boleh menggunakan fasilitas negara seperti kendaraan dinas.
Joha juga menekankan pentingnya menjaga agar Pilwali tetap berlangsung dengan tertib dan damai, meski tanpa adanya persaingan antar calon.
“Walaupun tidak ada kompetitor, demokrasi harus tetap berjalan dengan baik. Kita perlu memastikan integritas dan kejujuran tetap terjaga,” tambahnya.
Situasi ini, menurut Joha, berbeda dengan kota-kota lain di Kalimantan Timur. Ia mencontohkan Balikpapan, yang awalnya diperkirakan akan menghadapi kotak kosong, namun akhirnya diikuti oleh tiga pasangan calon.
“Balikpapan yang diperkirakan sama dengan Samarinda justru menghadirkan tiga calon, sementara di Samarinda hanya ada satu kandidat. Ini menunjukkan bahwa dinamika politik di setiap kota memang berbeda,” ungkap Joha.
Joha berharap bahwa Pilwali Samarinda dapat menjadi contoh bagaimana sebuah proses demokrasi tetap bisa berjalan dengan baik, meski hanya ada satu calon.
lKita berharap masyarakat tetap menggunakan hak pilih mereka dengan bijak dan menjaga suasana tetap kondusif,” tandasnya. (Liz/adv)