Samarinda, lensaborneo.com – Pemerintah Kota Samarinda didorong untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi benar-benar dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Sani Bin Husain menekankan bahwa kesejahteraan warga tidak cukup hanya diukur dari data statistik, tetapi harus terlihat dalam kemudahan hidup mereka.
“Yang utama itu masyarakat bisa hidup dengan nyaman di kota ini, tanpa terbebani pajak dan retribusi yang terlalu banyak. Kalau mereka merasa bahagia, itu yang paling penting,” jelasnya.
Lanjut Sani, ada tiga aspek yang harus menjadi prioritas dalam membangun kesejahteraan warga. Pertama, beban pajak dan pungutan tidak boleh terlalu membebani masyarakat. Kedua, akses terhadap layanan kesehatan harus mudah dan terjangkau.
Ketiga, ketersediaan bahan pokok seperti gas elpiji, minyak goreng, dan telur harus dijamin agar masyarakat tidak mengalami kesulitan.
“Saya tidak terlalu fokus pada angka statistik. Kalau pertumbuhan ekonomi tinggi tapi masyarakat masih kesulitan mendapatkan bahan pokok, antre gas, dan sulit berobat, itu artinya ada yang belum berjalan dengan baik,” tuturnya.
Ia menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu membawa kebahagiaan jika kesejahteraan warga tidak diperhatikan.
Politisi fraksi PKS itu mengatakan, banyak negara di dunia yang memiliki ekonomi kuat, tetapi warganya tetap menghadapi tekanan hidup yang besar.
“Jika benar pertumbuhan ekonomi Samarinda mencapai 8,64 persen seperti yang disampaikan Pak Wali Kota, maka seharusnya masyarakat juga merasakan dampaknya secara nyata. Jangan sampai angka-angka ini hanya terlihat bagus di laporan, tapi warga masih kesulitan dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.
Sani mendorong agar seluruh pemangku kebijakan di Samarinda, baik pemerintah maupun sektor swasta, lebih mengutamakan kesejahteraan warga dalam setiap kebijakan yang dibuat.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan bukan sekadar meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, tetapi memastikan bahwa masyarakat benar-benar merasa bahagia dan sejahtera.
“Dalam menentukan arah pembangunan, yang harus ditanyakan adalah: apakah warga merasa lebih bahagia? Kalau tidak, berarti masih ada yang perlu diperbaiki,” pungkasnya. (Liz/adv)