Samarinda – Anggota Komisi III DPRD Kota Adriansyah, memberi peringatan keras bahwa kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem masih belum optimal, Insiden tanah longsor di Kelurahan Lempake yang menyebabkan korban jiwa menambah daftar panjang dampak buruk dari minimnya mitigasi.
Menanggapi kondisi ini, Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Andriansyah menyatakan keprihatinannya dan mendesak Pemerintah Kota untuk melakukan evaluasi serius terhadap sistem penanganan bencana yang selama ini diterapkan.
“Penanganan kita masih cenderung reaktif. Kita baru bertindak setelah bencana terjadi. Ini tidak bisa terus dibiarkan,” ujar Andriansyah, Sabtu (24/5/2025).
Ia menegaskan, pola pikir dalam merespons potensi bencana perlu diubah dari reaktif menjadi antisipatif.
Ia berujar DPRD Kota Samarinda tengah mendorong perencanaan pembangunan yang memperhitungkan risiko bencana secara menyeluruh.
“Kita perlu sistem yang menekankan pada pencegahan dan kesiapsiagaan, bukan sekadar solusi jangka pendek,” imbuhnya.
Peristiwa longsor di sekitar proyek Terowongan Samarinda juga menjadi sorotan. Warga mulai mempertanyakan keamanan proyek yang menelan anggaran besar tersebut.
Namun Andriansyah mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak pada isu yang belum terverifikasi.
“Proyek ini penting dan perlu dijaga kredibilitasnya. Informasi yang tidak jelas bisa menimbulkan ketakutan yang tidak perlu,” katanya.
Ia menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya transparansi dari pemerintah dan penjaminan teknis atas proyek-proyek strategis.
“Kepercayaan publik hanya bisa dibangun lewat data yang jelas dan tindakan konkret,” pungkasnya. (mr/adv)