Kukar.Lensaborneo.com– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) melarang pelaksanaan perpisahan siswa yang bernuansa mewah dan justru membebani orang tua.
Peringatan ini disampaikan menyusul maraknya tren perpisahan sekolah yang makin mengedepankan kemewahan. Mulai dari sewa gedung besar, perjalanan wisata mahal, hingga kostum dan dekorasi yang menguras kantong.
“Perpisahan boleh dilakukan, tapi jangan jadi beban. Jangan sampai semua siswa diwajibkan ikut,” tegas Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, saat ditemui di Tenggarong belum lama ini.
Menurut Thauhid, banyak laporan dari orang tua yang merasa keberatan karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan, ada yang terpaksa berutang agar anaknya bisa ikut tampil.
“Kita harus paham, tidak semua keluarga mampu. Kalau iuran perpisahan tinggi, yang tak mampu pasti tertekan,” jelasnya.
Disdikbud Kukar mendorong agar perpisahan dilakukan dengan konsep sederhana, cukup di lingkungan sekolah. Tanpa harus menyewa gedung mewah atau menggelar studi tur yang memberatkan.
“Silakan manfaatkan halaman sekolah. Yang penting, semua siswa bisa ikut tanpa merasa terbebani,” ujar Thauhid.
Ia menambahkan, esensi pendidikan bukan pada kemewahan acara, melainkan pada nilai kebersamaan, empati, dan gotong royong.
“Yang terpenting adalah rasa kebersamaan, agar tak ada yang merasa tersingkir,” katanya.
Thauhid juga menegaskan pihaknya akan memanggil dan memberi teguran kepada sekolah yang tetap menarik pungutan tak wajar terkait acara perpisahan.
“Kalau ada pungutan di luar ketentuan, kami akan bertindak tegas. Kepala sekolah yang melanggar akan saya panggil,” tegasnya.
Disdikbud sudah menerbitkan surat edaran resmi yang meminta seluruh sekolah menggelar perpisahan secara sederhana.
“Sudah ada edarannya. Tinggal dilaksanakan. Jangan sampai kepala sekolah justru mengikuti dorongan dari komite yang tak sesuai aturan,” ujar Thauhid.
Ia berharap, perayaan kelulusan tetap menjadi momen syukur yang sederhana, sarat makna, dan bisa dinikmati semua siswa.
“Tak perlu glamor. Yang penting bermakna dan bisa dikenang bersama,” ucap Thauhid.
Lebih jauh, ia mengingatkan sekolah-sekolah di Kukar untuk terus mengedepankan prinsip pendidikan yang adil dan inklusif.
“Sekolah adalah tempat semua anak tumbuh bersama, tanpa memandang latar belakang ekonomi,” tutupnya. (Adv/Kominfokukar)