Lensaborneo.com, Samarinda – Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat adanya perlambatan ekonomi Kaltim pada triwulan I tahun 2025. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BI Kaltim, Budi Widihartanto, dalam forum temu media yang digelar di Decafe Resto, Jalan Niaga Timur, Samarinda, Selasa (1/7/2025).

Disampaikan Budi, ekonomi Kaltim masih mendominasi perekonomian regional Kalimantan dengan kontribusi sekitar 47 persen. Namun capaian itu tak menutup fakta bahwa pertumbuhan ekonomi justru melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Pada triwulan I, kita mengalami perlambatan. Ini bukan hanya terjadi di Kaltim, tapi juga di hampir semua provinsi di regional Kalimantan,” ungkapnya.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan pelemahan tersebut adalah penurunan tajam di sektor pertambangan, terutama batu bara, yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian Kaltim. Penurunan permintaan dari negara-negara besar seperti Tiongkok dan India juga turut memperburuk kondisi.
“Permintaan batu bara turun karena negara-negara seperti Tiongkok kini mulai beralih ke sumber energi non-termal. Industri listrik mereka tak lagi bergantung sepenuhnya pada batu bara,” jelas Budi.
Selain itu, konsolidasi di sektor konstruksi akibat pergeseran kebijakan pusat, termasuk relokasi lembaga pemerintahan dari Jakarta ke Bandung, dinilai turut menahan laju pembangunan fisik yang sebelumnya mendongkrak pertumbuhan Kaltim di 2024.
“Proyek konstruksi yang masif di tahun lalu tidak berlanjut dengan kecepatan yang sama di awal 2025. Ini ikut memengaruhi angka pertumbuhan yang kita harapkan,” katanya.
Meski begitu, Bank Indonesia tetap optimistis terhadap prospek ekonomi Kaltim ke depan. Target pertumbuhan ekonomi pada akhir 2025 dipatok di angka 5,8 persen, dengan harapan adanya pemulihan bertahap mulai triwulan III.
“Dengan realisasi belanja pemerintah yang mulai berjalan, serta sejumlah proyek strategis nasional seperti Kilang Balikpapan yang masuk tahap komisioning, kami prediksi perbaikan mulai terlihat pada kuartal ketiga,” tambahnya.
Di tengah perlambatan, BI menilai inflasi di Kaltim masih terkendali. Ketersediaan pasokan pangan, kondisi cuaca yang relatif baik, dan distribusi bahan pokok yang lancar menjadi faktor utama penahan laju inflasi.
“Kita cukup beruntung. Harga kebutuhan pokok relatif stabil, dan pasokan dari daerah penghasil tetap terjaga,” jelas Budi.
Dari sisi investasi, Kaltim masih mencatatkan pertumbuhan meski tidak setinggi tahun lalu. Pertumbuhan ini utamanya berasal dari sektor-sektor non-migas seperti industri pengolahan dan proyek energi terbarukan.
Namun, sektor pembiayaan mengalami perlambatan, terutama pada segmen perdagangan dan konstruksi. Lembaga keuangan mulai menahan ekspansi kredit, seiring konsolidasi yang terjadi di banyak perusahaan.
“Kredit konstruksi dan perdagangan memang sedikit tertahan. Tapi sektor kejuruan, seperti UMKM dan koperasi, masih menunjukkan aktivitas positif,” kata Budi.
Sementara itu, BI juga mencatat peningkatan signifikan dalam penggunaan sistem pembayaran digital. Transaksi BI-FAST (BI-Fast Payment) tercatat naik hampir 50 persen secara nominal dan lebih dari 58 persen dari sisi volume, menunjukkan pergeseran perilaku masyarakat menuju sistem keuangan digital.
“Ini sinyal positif. Artinya, masyarakat mulai beralih ke sistem pembayaran yang lebih cepat, aman, dan efisien,” ungkapnya.
Budi menambahkan, pihaknya akan terus memantau dampak perkembangan geopolitik global, seperti konflik Timur Tengah dan ketegangan energi dunia, terhadap kondisi makro ekonomi, termasuk potensi terjadinya imported inflation akibat gangguan rantai pasok global.
Secara umum, BI Kaltim melihat tahun 2025 sebagai tahun transisi dan konsolidasi ekonomi. Meski menghadapi tekanan global dan penyesuaian domestik, Kaltim dinilai masih memiliki peluang tumbuh jika dapat mengoptimalkan belanja pemerintah, proyek infrastruktur strategis, dan mendorong sektor-sektor alternatif seperti industri kreatif dan pertanian modern.
“Kita berharap di paruh kedua tahun ini, situasi membaik. Beberapa program pemerintah yang mulai dijalankan akan memberi efek ke multiplier ekonomi lokal,” tutup Budi.(Liz/adv)








Users Today : 1050
Users Yesterday : 945
Total Users : 977681
Total views : 5333348
Who's Online : 14