Lensaborneo.com, Samarinda – Wali Kota Samarinda, Andi Harun menegaskan posisi Samarinda dalam peta kebudayaan nasional dan internasional.
Ia menegaskan, warisan budaya lokal tidak hanya harus dilestarikan, tapi juga ditampilkan ke dunia sebagai identitas kolektif bangsa. Dalam konteks ini, budaya Dayak Kenyah di Pampang menjadi duta yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, lokalitas dan globalitas.
Desa Pampang juga memiliki dimensi spiritual yang dalam. Melalui festival yang rutin dilaksanakan, ia menegaskan bahwa kaitannya dengan ritual syukur atas panen raya cukup erat, sebuah pengingat bahwa ketahanan pangan dan keberlanjutan sumber daya alam adalah nilai-nilai inti yang dipegang oleh masyarakat adat.
“Ini bukan sekadar atraksi budaya, tapi refleksi atas relasi manusia dan alam. Kita harus belajar dari cara hidup masyarakat adat yang harmonis dengan lingkungan,” ujar Andi, Jumat (30/5/2025).
Ia juga menyoroti pentingnya mempertahankan nilai-nilai luhur di tengah gelombang digitalisasi. Menurutnya, kemampuan masyarakat adat mempertahankan tradisi di era modern adalah pelajaran penting bagi generasi muda yang semakin terhubung dengan dunia maya namun terputus dari akar budaya.
“Kegiatan ini tumbuh di tengah kemajuan teknologi. Ini bukti bahwa budaya tidak mati, justru berkembang jika didukung dengan visi yang jelas,” tambahnya.
Dengan mendorong Desa Pampang ke kancah internasional, Samarinda tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperluas jejaring budaya dan diplomasi yang dapat mendorong sektor pariwisata, ekonomi kreatif, serta citra positif daerah di mata dunia.
“Pelestarian budaya bukan pekerjaan satu komunitas saja, ini pekerjaan kita semua. Pemerintah siap hadir sebagai mitra, fasilitator, dan penggerak,” tutup Andi Harun. (Liz/adv)