Balikpapan, Lensaborneo.com — Suwanto, Ketua Komisi II mengkritisi lahan pertanian yang semakin hari kian sempit di Kota Balikpapan.
Hal ini diucapkan Suwanto saat ditemui di Kantor DPRD Balikpapan pada Senin ( 27/03/2003). Suwanto mengatakan saat ini jalan-jalan sudah dicor beton sehingga lahan untuk pertanian semakin sempit.
“Jadi di Balikpapan ini kurang bisa untuk menjadi lahan pertanian. Hari ini bagaimana kita menjadi petani kota. Lahan kita yang minim namun dapat digunakan semaksimal mungkin untuk menanam banyak sayur-sayuran,” ujarnya.
Ditambahkan Suwanto, menurutnya petani Balikpapan belum mampu memproduksi bahan pangan karena masih ada beberapa yang harus didatangkan dari luar kota. Cintohnya, ujar Suwanto, beras yang didatangkan dari luar Balikpapan. Begitupun juga dengan cabai yang didatangkan dari Pulau Jawa.
Sehingga petani di Kota Balikpapan memang harus ada inovasi dalam membangun pertanian perkotaan ini. Bagaimana menggiatkan KWT (Kelompok Wanita Tani). Kelompok Wanita Tani ini bisa di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan seperti di Balikpapan.
“Sehingga lebih bisa satu rumah saja menanam lima pohon cabai. Dalam satu RT misalnya ada 20 KK yang menanam cabai, maka kita sudah tidak sulit lagi untuk memenuhi kebutuhan dapur karena harga Lombok yang meningkat,” ucapnya.
Menurutnya, minimal mereka kebutuhan cabainya sudah bisa terpenuhi. Sehingga ini juga dapat untuk menanggulangi tingkat inflasi.
Saat ini Balikpapan juga punya komoditas pangan jenis buah pepaya mini. Tetapi sekarang hilang dari peredaran karena banyak petani yang menanam jenis lainnya.
“Kemarin saya bertemu dengan petani di Karang Joang. Mereka minta itu digalakkan penanaman pepaya mini ini. Sehingga bisa a menggalakkan kembali kebanggaan papaya mini,” harapnya.
Ia juga menyarankan tanaman pepaya agar ditanam dalam pot sehingga dapat ditemui di setiap rumah tangga. “Siapa bilang pepaya tidak bisa ditanam dalam pot. Tinggal kita bagaimana mengolahnya,” ujarnya.
Menurutnya sampah bisa jadi kompos untuk bisa memenuhi kebutuhan tanaman. Hasil tanamannya bisa jadi produksi dijual kepada masyarakat. Satu RT misalnya menanam 60 pohon pepaya maka kebutuhan buah keluarga dapat dipenuhi.
“Perubahan mindset memang diperlukan tapi kalau kita terlambat tidak ada yang tidak mungkin. Nanti kita coba diskusi dengan Dinas Pertanian,” tutupnya.(Lik/adv)