Oleh : Ahmad Syahrul
Tenggarong,Lensaborneo.id – 17 April 2019 yang lalu adalah moment bersejarah buat saya, dimana saat itu saya ditugaskan pertama kali untuk menjadi bagian dari sebuah kontestasi demokrasi terbesar di Negara Republik Indonesia, yaitu menjadi seorang calon Legislator tingkat Kabupaten Kota diwilayah Pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara.
Saya maju dalam kintestasi ini juga bagian dari restu keluarga besar, dan dipercayakan maju sebagai wakil dari dapil Samboja, Muara Jawa dan Sanga-Sanga. Perahu yang menjadi kawan perjuangan saya ialah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurut mereka, usia 26 tahun adalah usia yang terlalu sangat muda. Mereka berfikir, usia ini memiliki keyakinan tinggi atas oencapaian menjadi wakil suara rakyat itu hanya sebatas, uji nyali.
Saya coba bantah pola fikir tentang niat baik kaum muda dalam kontes politik. Untuk bisa bersaing dalam sebuah kontestasi demokrasi di usia muda ini, saya memang hanya dibekali semangat dan keyakinan, bahwa ketika berhasil, selain itu sebuah karuna sang ESA, juga bagian dari kepercayaan rakyat atas kemampuan saya saat ini. Saya terlalu yakin, atas niatan politik saya, yang bertujuan bagaimana bisa bermanfaat untuk orang banyak.
Wilayah pesisir kutai kartanegara yang menjadi daerah pemilihan saya, memiliki luasan wilayah kurang lebih 1600km2, dengan tingkat kemiskinan yang masih sangat tinggi, padahal seperti yang kita ketahui wilayah ini memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, dari sinilah saya mencoba untuk memberanikan diri, ikut dalam sebuah kontestasi politik, membangun komitmen bersama untuk segera mengejar ketertinggalan pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang siap menghadapi ancaman daerah pasca tambang, masyarakat yang terjamin pendidikannya, yang terjamin pula kesehatannya dan terjamin semua kebutuhan dasar hidupnya.
Hanya saja, impian dan komitmen yang baik ini terkalahkan oleh realitas saat ini, adanya kebiasaan yang membudaya ditengah masyarakat kita, yakni tidak pantas jika menolak pemberian dan terbiasa membalas sebuah pemberian itu menjadi sebuah Instrumen kultural dalam demokrasi kita yang terkadang dimanfaatkan untuk merebut sebuah kekuasaan, dan tentunya akan membuta kan hati masyarakat atas hadirnya pemimpin yang berkualitas.
inilah pentingnya kita menumbuhkan pemahaman masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas, pemilih yang cerdas akan menumbuhkan sebuah demokrasi yang matang, demokrasi yang dimana masyarakat kita sadar bahwa demokrasi itu tidak bisa dibeli dengan uang, demokrasi itu gaya hidup, tidak sembarang memilih demi sebuah perbaikan dan tatanan demokrasi dalam melahirkan pemimpin yang berkualitas.
semakin tinggi kualitas pemilu kita, semakin baik pula kualitas para pemimpin kita.
Lalu, bagaimana kualitas Demokrasi didalam diri mu?
22/Juni/2019