Samarinda,Lensaborneo.com – Kondisi ekonomi yang tidak menentu kini mulai berdampak pada daya beli masyarakat Samarinda, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha. Ketua Komisi II DPRD Samarinda, Iswandi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi tersebut. Ia menyatakan bahwa daya beli masyarakat yang melemah dapat menjadi indikator adanya penurunan pendapatan dan terganggunya roda ekonomi lokal.
“Kalau kita bicara daya beli masyarakat, memang kondisi ekonomi baik global maupun Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Artinya, ini pasti berimbas juga ke Samarinda,” tegas Iswandi, Rabu (28/5/2025).
Ia menjelaskan, salah satu indikator utama yang bisa mencerminkan situasi ini adalah data pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tingkat pengangguran. Jika angka tersebut meningkat, maka menurunnya pendapatan masyarakat menjadi konsekuensi logis. Dan ketika pendapatan menurun, maka konsumsi juga akan ikut tertekan.
“Kita belum tahu lagi data terakhir, berapa jumlah PHK akhir-akhir ini, berapa jumlah pengangguran kita. Nah, itu kan nanti akan kelihatan. Kalau memang meningkat, berarti memang pendapatan masyarakat menurun. Otomatis daya beli pun ikut turun,” tambahnya.
Menurut Iswandi, turunnya daya beli bukan hanya menjadi masalah sosial, namun juga berpotensi memengaruhi kestabilan ekonomi daerah secara keseluruhan. Oleh sebab itu, ia mendorong Pemerintah Kota Samarinda untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi ekonomi warganya.
“Ya kalau pendapatan masyarakat turun, otomatis perputaran ekonomi juga ikut melambat. Ini hukum ekonomi dasar, permintaan dan penawaran sudah tidak seimbang. Kalau ini tidak segera ditangani, bisa berdampak panjang ke sektor-sektor lainnya,” paparnya.
Ia juga menegaskan pentingnya komunikasi yang intens antara Pemerintah Kota dan DPRD dalam menyusun kebijakan strategis yang mampu menahan laju penurunan daya beli. Langkah-langkah konkret seperti penciptaan lapangan kerja baru, pemberdayaan UMKM, serta penguatan jaring pengaman sosial, menurutnya harus segera dirancang dan diimplementasikan.
“Turunnya daya beli itu nyata. Maka kita perlu duduk bersama membicarakan solusi-solusi konkret, bukan hanya bersifat jangka pendek, tapi juga jangka menengah hingga panjang,” tutup Iswandi. (Liz/adv)