Samarinda,Lensaborneo.com–Perekonomian global mengalami tekanan yang meningkat dan berbagai negara merespon dengan kebijakan moneter yang lebih agresif. Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan sejalan dengan ketegangan geopolitik Rusia Ukraina yang terus berlangsung serta meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan. Hal ini di sampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Ricky Perdana Gozali di acara Temu Media,Jumat (12/08/2022).
Di katakan Ricky pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 diprakirakan lebih rendah sebesar 2,9%. Hal tersebut bersumber dari pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India yang diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai dengan peningkatan kekhawatiran resesi di AS.
Selain itu, juga bersumber dari ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi dan mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun demikian, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh tinggi pada triwulan II 2022 di tengah risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat.
Perkembangan tersebut tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 yang mencapai 5,44% (yoy) di atas capaian triwulan sebelumnya 5,01% (yoy). Akselerasi kinerja ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat terutama konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap tinggi. Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha di seluruh wilayah.
Di sisi inflasi, secara tahunan inflasi IHK Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 4,35% (yoy). Inflasi IHK di semua wilayah pada Juli 2022 tercatat lebih tinggi jika dibndingkan bulan sebelumnya yang didorong oleh inflasi inti dan inflasi non-inti (administered price dan volatile foods).
Inflasi inti pada Juli 2022 relatif terjaga meskipun sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar 2,86% (yoy) pada Juli 2022 lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan lalu yang sebesar 2,63% (yoy).
Kenaikan inflasi inti didorong oleh permintaan domestik yang membaik gradual, transmisi inflasi komoditas global yang bertahap dampak lanjutan inflasi volatile food (VF), dan nilai tukar yang cenderung depresiatif. Sementara itu, inflasi administered price tercatat sebesar 6.51% (yoy) yang utamanya disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter dan rokok putih serta tarif tenaga listrik.
Dan yang perlu menjadi perhatian adalah inflasi volatile foods yang tercatat sebesar 11,47% (yoy) lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 10,07% (yoy).
Bank Indonesia juga kata Ricky, terus berupaya mengendalikan inflasi melalui penguatan koordinasi kebijakan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), salah satunya dengan menginisiasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Di level regional, perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) melanjutkan tren pertumbuhan positif pada triwulan II 2022. Pertumbuhan ekonomi Kaltim tercatat tumbuh sebesar 3,03% (yoy), menguat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,85% (yoy).
Meningkatnya ekonomi Kaltim pada periode ini bersumber dari hampir seluruh lapangan usaha yang tumbuh positif di triwulan II 2022. Secara spesifik, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut ditopang dari lapangan usaha utama yakni lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan.
” Kinerja pertambangan yang mengalami peningkatan seiring dengan telah berlalunya pelarangan ekspor serta level harga batu bara yang sangat tinggi pada triwulan II 2022 dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,” Jelasnya
Di sisi industri pengolahan, harga CPO yang masih tinggi juga menjadi upside factor kinerja industri pengolahan. Berlanjutnya capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim yang positif ini mencerminkan bahwa kondisi perekonomian berada berada on track dalam tren pemulihan. Di sisi Inflasi, pada Juli 2022 Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi pada bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Juli 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm).
Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada periode yang sama tercatat sebesar 5,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang berada pada 4,38% (yoy).
Penguatan inflasi periode Juli ini menunjukkan optimisme membaiknya roda perekonomian Kaltim, yang turut didukung oleh kasus COVID-19 yang terkendali di wilayah Kaltim, diikuti normalisasi permintaan masyarakat di tengah ketersediaan kebutuhan yang masih belum pulih seutuhnya. Lebih lanjut berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi pada bulan Juli 2022 bersumber dari meningkatnya harga pada kelompok pangan serta kelompok transportasi. Secara umum, ketersediaan pangan di Kaltim masih selalu terjaga walaupun stabilitasnya punya ketergantungan yang cukup besar pada daerah produsen karena sebagian besar kebutuhan Kaltim dipasok dari Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Jakarta.
di jelaskannya kondisi stabiilitas sistem keuangan Kaltim tetap solid dan ditopang oleh kinerja sistem pembayaran yang andal. Hingga triwulan II 2022, penyaluran kredit di Kaltim tercatat tumbuh 22,14% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,15% (yoy).
Penyaluran kredit yang lebih tinggi tersebut juga diiringi dengan tingkat risiko kredit/Non Performing Loans (NPL) yang rendah sebesar 2,82%. Dana pihak ketiga (DPK) juga tercatat tumbuh tinggi mencapai 19,23% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,60% (yoy).
Di sisi sistem pembayaran, geliat sistem pembayaran non tunai terus didorong. Tingkat akseptansi QRIS pada posisi terakhir di bulan Juni tercatat lebih dari 249 ribu pengguna. Selain itu, nominal transaksi uang elektronik juga tercatat meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 43,37% (yoy) menjadi 80,79% (yoy).
Untuk menyikapi kenaikan inflasi yang terjadi, TPID Kaltim terus memperkuat sinergi dan aksi guna menjaga stabilitas inflasi di Kaltim yang mengacu pada kerangka 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif). Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan, dilakukan pemetaan potensi kerjasama antar daerah (KAD) di level G2G dan B2B untuk mencari mitra dagang yang dapat memasok komoditas ke Kaltim khususnya komoditas hortikultura dan daging sapi.
Saat ini juga tengah dikembangkan implementasi digitalisasi UMKM pangan baik di sisi hulu dan hilir diantaranya melalui penguatan produksi di tingkat rumah tangga untuk komoditas cabai, penerapan digital farming di Pondok Pesantren Nabil Husein Samarinda, penggunaan pupuk organik hasil fermentasi MA-11 untuk optimalisasi hasil pertanian di berbagai klaster binaan.
Untuk menjaga kelancaran distribusi, dilakukan pengamanan jalur distribusi dan implementasi jalur khusus untuk kendaraan logistik di SPBU. Terkait keterjangkauan harga dilakukan pelaksanaan operasi pasar/pasar murah/pasar tani di tingat kota dan provinsi yang diinisiasi oleh BUMD, BULOG, dan juga OPD terkait.
Selain itu, dilakukan monitoring harga melalui sidak pasar dan aktivasi market intelligence untuk memastikan tidak terjadinya distorsi harga. Pengendalian inflasi juga didukung komunikasi efektif melalui kampanye belanja bijak dan diseminasi informasi perkembangan harga pangan. (Or/adv./bikaltim)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur