Lensaborneo.com, Samarinda — Forum Koordinasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme (FKPT) Provinsi Kaltim menggelar sosialisasi Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri yang disingkat menjadi Kenduri Desa Damai, bertempat di aula kantor Desa Loa Duri Ilir Kabupaten Kutai Kartanegara, Rabu (20/9/2023.
Digelarnya Kenduri Desa Damai ini menjadi pendekatan FKPT Kaltim yang bekerjasama dengan Badan Nasional Pemberantasan Teroris (BNPT) RI dengan warga desa untuk menangkal masuknya paham radikalisme dan terorisme melalui pengenalan pentingnya kearifan lokal.
Ketua FKPT Kaltim, Ahmad Jubaidi mengatakan, kegiatan Kenduri Desa Damai mengambil konsep kearifan lokal dengan mengajak masyarakat dan aparatur desa untuk makan bersama, sesuai dengan kearifan lokal masing-masing.
“Kenduri itu bahasa Jawanya selamatan, jadi makan bersama mengajak untuk mengenali, menyikapi, keamanan dan ketentraman yang ada di desa, yang kita pilih yaitu desa Loa Duri Ilir ini,” ujarnya.
Melalui pendekatan lembut (soft approach), ia meyakini, jika paham-paham intoleransi dan radikalisme yang mengarah ke terorisme kepada masyarakat di pedesaan dapat dicegah melalui gotong royong dan kepedulian sosial lainnya.
Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan bahwa, desa Loa Duri Ilir ini terpilih sebagai sampel untuk kegiatan provinsi Kaltim. Sebab, diketahui memenuhi syarat pernah terjadi penangkapan oleh Densus 88 kepada oknum di desa tersebut, sehingga dapat dijadikan contoh.
“Desa Loa Duri Ilir memiliki macam ragam budaya, berlokasi di pinggir kota yang penuh dengan kerawanan, serta masih terdapat sikap kepedulian seperti gotong royong, yasinan, dan silaturahmi. Jadi nilai-nilai itu bisa mencegah potensi konflik di daerah ini,” jelasnya.
Sementara itu, Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Catur Iman Pratignyo menyampaikan jika indeks potensi radikalisme berdasarkan BNPT Tahun 2022 dinilai aman.
“Generasi Z cenderung lebih banyak terpapar terorisme. Makanya perlu mengambil suatu kasus, seperti Kenduri, Kenali dan Peduli Lingkungan sendiri,” tuturnya.
Dirinya menilai, kearifan lokal merupakan senjata paling ampuh dalam melawan radikalisme dan terorisme. “Melalui kearifan lokal, kita dapat menanamkan nilai-nilai toleransi, persaudaraan, dan perdamaian di masyarakat,” tutupnya. (Jeng)