Kukar.Lensaborneo.com – Upaya meningkatkan kemandirian sektor perikanan di Kutai Kartanegara terus digenjot, salah satunya lewat pembangunan hatchery modern di pesisir Muara Badak yang kini menjadi prioritas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar.
Fasilitas penetasan benur yang berlokasi di Tanjung Limau ini dirancang untuk memperkuat ekosistem budidaya laut, sekaligus membuka peluang usaha baru bagi masyarakat pesisir. Proyek ini sudah berjalan sejak tahun lalu dan ditargetkan rampung pada akhir 2025.
“Kami ingin pembangunan hatchery ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, terutama nelayan dan pembudidaya,” ujar Kepala DKP Kukar, Muslik, saat ditemui pekan lalu.
Ia menambahkan bahwa anggaran awal sebesar Rp16 miliar telah dialokasikan untuk pembebasan lahan dan pengembangan area. Saat ini, pembangunan fisik terus dikebut agar fasilitas tersebut bisa segera beroperasi pada awal tahun depan.
“Kalau fasilitas ini sudah bisa difungsikan, produksi benur akan lebih terjamin dan tidak lagi tergantung pasokan dari luar,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Muslik juga menyebutkan bahwa hatchery ini akan menjadi pusat produksi benur berteknologi modern dengan kapasitas produksi massal. Pilihan lokasi di Tanjung Limau dinilai strategis karena memiliki koneksi infrastruktur yang baik serta kedekatan dengan laut terbuka.
“Keunggulan lokasi ini akan mempercepat distribusi hasil produksi dan membuka akses pasar yang lebih luas,” ungkapnya.
Selain memenuhi kebutuhan budidaya, proyek hatchery ini diharapkan bisa menciptakan ekosistem ekonomi baru di kawasan pesisir. Mulai dari proses produksi, distribusi, hingga pengolahan hasil perikanan, semua sektor diyakini akan bergerak dan membuka banyak lapangan kerja.
“Kami ingin hatchery ini tidak hanya jadi tempat produksi benur, tetapi juga penggerak ekonomi pesisir yang bisa menciptakan peluang usaha bagi masyarakat,” ucap Muslik.
Proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Pemkab Kukar dalam membangun sektor perikanan yang berkelanjutan. Dengan suplai benur yang stabil dan berkualitas, para pembudidaya diharapkan dapat mengembangkan usaha mereka secara lebih efisien.
“Kalau pasokan benur bisa dipenuhi sendiri, harga bisa dikendalikan dan kualitas produk lebih terjaga. Ini tentu akan membantu nelayan dalam menjalankan usaha mereka,” tambah Muslik.
Ia juga optimistis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, keberadaan hatchery modern ini akan memberikan efek berantai bagi pertumbuhan ekonomi lokal, khususnya di kawasan pesisir.
“Nantinya bukan hanya produksi benur yang meningkat, tapi juga akan tumbuh usaha baru di sektor pengolahan, pemasaran, dan distribusi hasil laut,” jelasnya.
Dengan proyek ini, Pemkab Kukar berharap bisa mewujudkan pesisir yang lebih kuat, mandiri, dan memiliki daya saing tinggi di sektor perikanan dan kelautan. (Adv/Kominfokukar)