Lensaborneo.com- Stunting terus menjadi masalah serius yang belum terselesaikan di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di Kota Samarinda, Indonesia.
Dengan kondisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Tepian yang cukup besar, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain, menaruh keprihatinan akan masih tingginya kasus stunting.
“Jika anak-anak di Kota Tepian terus mengalami stunting akibat kekurangan gizi, hal tersebut membuat APBD tidak efektif,” tegas Sani, Senin (19/2/24).
Politisi Basuki Rahmat itu menekankan bahwa penanganan stunting bukanlah hal yang mudah dan tidak dapat diatasi hanya dengan memberikan makanan biasa.
Ia menyoroti faktor-faktor seperti pernikahan dini dan kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah yang juga berkontribusi pada stunting.
Pernikahan dini, kata Sani, seringkali mengakibatkan remaja hamil pada usia muda tanpa akses yang memadai terhadap nutrisi selama kehamilan karena kondisi ekonomi yang kurang baik.
“Menangani ini, perlu keterlibatan semua sektor dan prioritas pimpinan daerah dalam penanganan stunting,” ucapnya.
Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap masalah pergaulan bebas dan kehamilan di luar nikah, serta menegaskan bahwa penyelesaian masalah seperti kenakalan remaja, pernikahan dini, dan stunting memerlukan keterlibatan semua pihak, bukan hanya orang tua.(Liz/adv/daparsamarinda)