Samarinda, Lensaborneo.Id – Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) giat-giatnya mencari investor yang tertarik membangun manufaktur atau pabrik pengolahan. Baik itu pengolahan sawit menjadi minyak goreng ataupun pengolahan karet menjadi ban atau bahan-bahan lainnya.
“Kita optimis akan ada pabrik pengolahan. Ini penting ada untuk menumbuhkan multiplier efek. Mereka harus bisa memanfaatkan sumberdaya lokal juga. Jika membuat manufaktur atau pabrik, mereka harus merekrut orang sini. Intinya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kalau ada investor yang mau datang kesini. Mau membangun disini harus memberikan kontribusi bagi masyarakat seperti pekerjaan dan segala macamnya,” tegas Kepala Bidang Promosi Penanaman Modal DPMPTSP Kaltim, R. Baihaqi.
Baihaqi mengamati selama ini untuk komoditas sawit atau karet, Kaltim hanya bisa menjual produk mentahnya. Padahal bahan mentah sawit itu bisa menghasilkan banyak produk . Produk mentah tersebut di bawa ke Jawa untuk dibuat lagi produk lainnya seperti minyak goreng, sabun, dan untuk karet misalnya ban dan lainnya. Hal ini karena di Jawa memiliki pabrik pengolahannya. Menurut Baihaqi, mengapa tidak pabriknya dibangun di Kaltim sehingga bahan mentah itu dapat dibuat di Kaltim. Nah, Bidang Promosi Penanaman Modal Kaltim intens mencari investor seperti itu.
“Sawit itu keluar hanya sebagai CPO. Kenapa tidak bikin pabrik minyak goreng disini. Karet disini misalnya dibuat Rubber 20 lalu di kirim ke jawa, kenapa tidak bikin pabrik ban di sini. Itu sebenarnya yang kami cari investor seperti itu.
Kendati begitu, Baihaqi paham bahwa tidak semudah itu membangun pabrik pengolahan. Kenapa? Karena membangun pabrik harus melihat sejumlah aspek. Diantaranya SDM, pangsa pasar, cost, saingannya, maintanance dan infrastrukturnya. Semua hal itu perlu perhitungan. Belum lagi, jika membuat pabrik minyak membutuhkan lahan kosong yang luas. Semua lahan ada pemiliknya, sehingga harus berinvestasi lahan. Modal besar lagi untuk investasi pada lahan.
“Pabrik seandainya disini ada tentu harus ada perawatan. Harus dibackup oleh maintanance nya, SDM disini belum ada yang bisa jadi teknisi. Lalu di bawa ke Surabaya. Cost lagi. Belum kita bicara listrik. Kita tahu kan infrastruktur kita dengan di Jawa masih jauh. Itu ada hitungannya semua, tidak bisa semudah itu saya jawab. Bahan bakunyapun sebagian besar masih dari luar,” paparnya.
Namun Baihaqi yakin pelan-pelan hal itu harus direalisasikan. Pasalnya, membangun pabrik bukan soal keuntungan tetapi transfer teknologi juga. “Mereka bangun pabrik tentu membutuhkan teknisi mesin. Disini kan sudah ada Poltek Mesin dan STM mesin. Tapi kita mencoba yakinkan. Artinya kalau tidak dimulai sekarang kapan lagi.” tandasnya.