Penulis : Dela
Samarinda,Lensaborneo.id— Menurut data Simfoni tahun 2020, kasus kekerasan di Kaltim di masa pandemi mengalami penurunan yaitu sebanyak 290 kasus, akan tetapi angka perceraian mengalami peningkatan. Menurut data dari Pengadilan Agama Kaltim kasus cerai gugat sebanyak 1058 kasus dan kasus cerai talak 358 kasus Artinya bahwa perempuan lebih banyak yang menuntut cerai.
Hal ini terungkap pada saat Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim menyelenggarakan kegiatan workshop ketahanan keluarga dengan tema Penguatan Ketahanan Keluarga Di Era Globalisasi dan Di Masa Pandemi Covid-19, berlangusng secara virtual, Senin (28/9/2020).
Kepala Dinas KP3A Kaltim Halda Arsyad mengatakan, keluarga memiliki peranan yang sangat penting karena keluarga merupakan awal terbentuknya SDM yang menentukan kualitas individu menjadi generasi penerus dan pemimpin masa depan. Keluarga merupakan lingkup pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai agama, norma, moral dan pembentukan kepribadian anggotanya.
“Sementara ketahanan keluarga yaitu sebagai suatu kondisi keluarga yang memiliki keutuhan dan ketangguhan serta memiliki kemampuan fisik, materiil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya dalam meningkatkan kebahagiaan lahir dan batin,” ujar Halda.
Berbicara tentang kesejahteraan masyarakat atau kebahagiaan lahir dan batin, lanjut Halda, dapat diukur dengan indeks kebahagiaan atau indeks of Happiness sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat.
“Menurut BPS, indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2017 berada pada angka rata-rata 70,69. Kaltim berada di urutan keempat setelah Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Utara, Kaltim dan Kaltara. Berarti sebagian besar masyarakat Kaltim Sejahtera (71.57) karena bahagia namun tidak seluruhnya karena masih terdapat masyarakat yang hidupnya miskin (6%),” imbuh Halda.
Halda menambahkan, pada kondisi pandemi Covid-19 yang telah dirasakan hampir 7 bulan membawa dampak yang luar biasa, terutama sektor ekonomi yang berdampak secara nasional. Demikian juga dampak skala rumah tangga yaitu beban keluarga menjadi lebih besar dan kompleks. Di satu pihak pengeluaran bertambah sedangkan kepala keluarga tidak bekerja lagi atau di PHK, anak sekolah harus belajar di rumah sehingga rumah menjadi pusat aktivitas seluruh anggota keluarga.
Dengan keterbatasan ruang gerak anggota keluarga akan melahirkan kejenuhan yang berujung pada ketidakharmonisan rumah tangga terjadi pertengkaran, KDRT, perselingkuhan, suami yang tidak bekerja untuk mencari nafkah dan lain-lain.
Namun dibalik masalah itu semua pasti ada hikmah bagi keluarga yaitu waktu berkumpul menjadi lebih banyak, lebih kompak, orangtua mempunyai waktu untuk mendidik anak-anaknya, menanamkan nilai-nilai agama, pendidikan, moral dan sebagainya.
“Kami menyadari bahwa betapa besar beban keluarga pada masa pandemi ini sehingga pentingnya memberikan wawasan bagaimana anggota keluarga menjalani peran dan fungsinya masing-masing,”
Workshop ini diikuti OPD terkait, Dinas PPPA dan KB kabupaten/kota, perwakilan BKKBN Kaltim, BKOW Kaltim, KPPI Kaltim dan Forum Anak Kaltim. Hadir menjadi narasumber Ketua TP-PKK Kaltim Norbaitu Isran Noor, Co Founder Aliansi Laki-Laki Baru Nur Hasyim dan Pakar Gender dan keluarga IPB Heirin Puspita.