
Memperingati Hari Kartini ” Habis Gelap Terbitlah Terang ”
Penulis : Ony Resita.
Samarinda,LensaBorneo.com—Sudah 30 tahun menjual jamu keliling, awalnya menjadi penjual jamu gendongan, setelah di rasa dananya cukup, Ibu Pani sapaan, perempuan hebat ini, membeli sebuah sepeda ontel, untuk keliling menjajakan ramuan jamu yang di buat sendiri. Wanita yang lupa tanggal kelahirannya ini, telah mempunyai 3 orang anak. Si sulung menjadi Dosen S2 IAIN di Ponorogo, anaknya yang kedua hampir menyelesaikan kuliahnya di Untag Samarinda, dan anak ketiga juga menyelesaikan pendidikannya di jurusan hukum Kampus IAN Ponorogo.
Wanita Hebat ini bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi dengan hanya hasil menjual Jamu keliling, sementara suaminya hanya tukang buruh bangunan.
Merebaknya wabah COVID-19, tidak menyurutkan niat Ibu Pani untuk tetap menjual jamu di tengah wabah Corona,” Saya harus tetap jualan jamu, saya bekali diri saya dengan sabun pencuci tangan dan juga saya menggunakan masker,” Ungkap Ibu Pani
Hasil menjual jamu ibu panipun, di tengah wabah corona laris manis, seharinya bisa mencapai 400 sampai 500 ribu rupiah, dimana sebelum wabah itu datang, hasil yang di dapat oleh ibu pani hanya sebesar 200 ribu rupiah.
Akan tetapi bahan-bahan dari penjual jamu, naik dua kali lipat, seperti harga jahe yang per kilonya sebelum ada wabah hnya 50 ribu per kilo, sekarang menjadi 110 ribu per kilonya. Mau tidak mau segelas harga jamu yang awalnya 4000 rupiah menjadi 5000 rupiah.
Harapan ibu Pani hanyalah ingin mendapatkan sepeda gratis dari bapak Jokowi ,” Dalam doa saya, selalu berharap dapat sepeda dari Bapak Jokowi, sepeda saya sudah lama, ada 25 tahun,” lirihnya sambil mengusap sepeda bututnya yang sudah menghasilkan banyak rupiah.
” Anak saya selalu bilang, kalau ibu capek istirahat, bahkan anak saya menyuruh saya berhenti, tapi saya ga bisa, rasanya sakit seluruh badan kalau saya tidak berdagang, sudah dari dulu, awalnya saya hanya petani, dan saya hijrah tahun 90-an, yah langsung jualan jamu, dengan sepeda ini, karena saya tidak tahu naik motor, bapak nukang dan tidak seberapa dapatnya,” jelas Ibu pani.
Terkadang Ibu Pani juga menerima kiriman uang dari anaknya, walau tidak banyak, uang itupun di simpan, yang katanya untuk bekal hari tua, biar tidak menyusahkan dan bergantung dengan anak – anaknya nanti. Melihat anak-anaknya sampai perguruan tinggi, sudah lebih dari segalanya yang di berikan dan bahagia sekali lihatnya.tambah bu pani.***
” Terkadang Kesulitan harus kamu rasakan terlebuh dahulu, Sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu – R A KARTINI ( Selamat Hari Kartni )