Lensaborneo.com – Samarinda, Banyaknya kegiatan pertambangan batubara yang banyak terdapat di Kalimantan Timur, ternyata berdampak pada penurunan kualitas gabah lokal masyarakat. Hal tersebut terungkap saat rapat kordinasi serapan gabah /beras,yang berlangsung di aula kantor Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Jalan Basuki Rahmat, pada Rabu (20/4/2022).
Rapat koordinasi ini juga diikuti oleh Ketua Perpadi ( Persatuan penggilingan padi ), Kaltim, Jamaludin Junaidi yang turut melaporkan terjadinya kendala pada hasil panen petani karena adanya aktivitas pertambangan batubara yang berada di sekitar sawah petani.
Dalam rapat ini, Jamaludin mengatakan bahwa kualitas gabah di Kaltim sangat terpengaruh dari kondisi lingkungan dan sumber air di daerah sekitar persawahan. Sumber air pada daerah persawahan yang sebagian sudah tercemar dengan limbah tambang yang berlumpur, turut menyebabkan kualitas gabah petani rusak.
“Saya berharap kedepannya dilakukan pembahasan lebih lanjut terkait beroperasinya tambang-tambang batubara yang ada di kaltim. Karena ada efek samping yang berdampak kepada kualitas beras yang dihasilkan oleh petani di Kaltim,” ujar Jamaludin.
Karena kualitas beras lokal yang kurang baik, maka penyerapan beras oleh Bulog (Bdan Urusan Logistik) dan Dinas Sosial juga menurun drastis. Pada tahun-tahun sebelumnya, beras yang bisa dihasilkan oleh petani mencapai 15.000 hingga 24.000 ton. Namun tahun ini produksi beras petani hanya sekitar 600 ton dalam setahun.
“Sangat turun drastis dari tahun sebelumnya. Banyak petani yang mengalami kerugian besar. Dari yang produksinya 15.000 ton sekarang hanya tinggal 600 ton,” jelas Jamaludin.
Ia juga menjelaskan sebenarnya lahan persawahan di Kaltim itu sangat luas bisa mencapai 222.000 hektar. Kedepannya, Ketua Perpadi ini memohon kepada Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, untuk melakukan diskusi dalam mencari solusi dari permasalahan yang dialami oleh para petani Kaltim.
Jamaludin Junaidi berharap bahwa tahun depan penyerapan beras pada Bulog dan Dinas Sosial bisa dapat lebih banyak melakukan penyerapan pada beras lokal.
“Untuk satu hektar sawah dapat menghasilkan 3 ton gabah, dan total keseluruhan sawah di Kaltim kurang lebih mencapai 222.000 hektar. Apabila dijumlahkan semua kira 666.000 ton sedangkan gabah yang diserap oleh Bulog hanya 600 ton maka oleh karena itu para petani penggiling gabah sangat merasakan kerugian yang sangat banyak,” jelasnya.(NIA/YL)