Balikpapan, Lensaborneo.com – Upaya ketahanan pangan dalam rangka stabilitas dalam negeri mulai digenjot pemerintah. Indonesia dinilai memiliki lahan yang cukup terutama di luar pulau Jawa sebagai upaya ekstensifikasi pertanian. Sementara intensifikasi pertanian, disinergiskan dengan diversifikasi atau penganekaragaman jenis tanaman hasil pertanian bahan pangan. Sayangnya, upaya itu sedikit terhambat dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang merasa tidak kenyang jika belum makan nasi.
Hal itu disampaikan Gubernur Kaltim Isran Noor ketika membuka Rakor Pokja Ketahanan Pangan Kaltim di Ballroom Hotel Blue Sky Balikpapan pada Senin (30/05/22) malam. Menurut Isran, pola konsumsi yang melulu makan nasi sebagai sumber karbohidrat seharusnya sudah mulai diubah. Karena sumber karbohidrat tidak hanya beras/nasi, juga banyak ragam lainnya.
“Kita harus menoleh ke negara yang melakukan diversifikasi bahan pangan sehingga tidak bergantung pada pertanian padi penghasil beras. Seperti Jepang yang mengimpor porang dari Indonesia untuk diubah menjadi beras palsu. Ini kan bisa ditiru. Sayangnya, tradisi masyarakat kita tidak kenyang kalau belum makan nasi itu, sedikit menghambat upaya ketahanan pangan ini,” ungkap Isran Noor dalam dialek bicaranya yang kerap diselingi canda.
Menurut Isran di acara yang dihadiri staf Badan Ketahanan Pangan Nasional Dr Andriko Noto Susanto, ekstensifikasi pertanian ke luar pulau Jawa dinilai sudah tepat. Sayangnya seperti di Kalimantan, terkendala dengan kondisi lahan yang tidak sesubur seperti di pulau Jawa.
“Pulau Jawa itu punya tanah paling subur, sayangnya sebagian lahannya sudah beralih fungsi untuk pemukiman, industri dan infrastruktur. Jadi sudah tepat pemerintah pusat melakukan eksetensifikasi lahan pertanian keluar Jawa dalam rangka mendukung upaya ketahanan pangan. Nah di Kalimantan ini, sebagaimana kita ketahui kondisi tanahnya cenderung asam dan bermaterial tambang. Perlu sentuhan teknologi kelola lahan supaya bisa menghasilkan pertanian bahan pangan yang maksimal. Kalau lahan sudah siap, intensifikasi dan diversifikasi tanaman pertanian akan lebih mudah,” imbuh Isran.
Kebutuhan pangan menurut Isran merupakan peluang bisnis yang tak pernah mati. Karena itu, seharusnya menjadi konsentrasi para pelaku bisnis, untuk turut menciptakan pengembangan jenis tanaman pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan umat manusia.
“Kita harus belajar dari Jepang. Bagaimana mereka membuat beras palsu dari tanaman porang yang bakunya diimpor dari Indonesia. Alhasil mereka tidak saja bisa mencukupi kebutuhan pangan negaranya, bahkan mengekspor beras palsu itu untuk menjadi pemasukan,” pungkas Isran. ( Adv Diskominfo Kaltim ).
Penulis : Ani
Editor : Redaksi 02