Lensaborneo.com, Samarinda – Laila Fatihah selaku anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, kembali berikan kritik tajam terhadap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
Dalam hal ini, pembangunan Terowongan Gunung Manggah Jalan Sultan Alimuddin yang diwacanakan menelan anggaran hingga Rp 395 miliar, dengan waktu pengerjaan selama 18-22 bulan.
Dikatakan Laila, sapaan akrabnya, ketika berinvestasi terhadap suatu proyek pembangunan, maka hal terpenting yang harus dicapai adalah timbal baliknya kepada masyarakat.
“Ketika berinvestasi dengan uang yang besar, kita pasti berharap feedbacknya (timbal balik) apa. Sama halnya dengan terowongan, secara ekonomi itu apa yang didapat oleh masyarakat Samarinda,” ungkap Laila melalui sambungan seluler, Senin (30/1/23).
Membidangi persoalan perekonomian, lantas tak heran Laila Fatihah kerap beri komentar tajam seperti ini. Terlebih baginya, penganggaran proyek terowongan bukan menggunakan dana yang sedikit.
Ia menambahkan, dalam B2B (Business-to-Business), dirinya bersama jajaran DPRD Samarinda terbiasa menggunakan ‘otak bisnis’ dalam melirik suatu investasi. Artinya, seluruh hal yang dikeluarkan, harus bisa mendatangkan untung kembali.
“Itu bukan uang kecil. Dengan uang yang segitu, Kota Samarinda mendapatkan apa, ini bahasa B2B, kami ini rata-rata di DPRD otaknya bisnis semua. Kalau memang keluar uang, dapat apa dari yang kita keluarkan. Makanya, kalau bisa mendapatkan untung maka lebih baik lagi,” tegasnya.(Liz/adv/dprdsamarinda)
Editor : YL