Editor : Redaksi 02
Lensaborneo.id, Samarinda – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Timur (Kaltim) terus melakukan penilaian dan evaluasi perkembangan COVID-19 yang masih melanda “Bumi Etam” atas dampak yang ditimbulkan dari sisi perekonomian.
Sejak awal kali pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan Kaltim khususnya di pada Maret 2020 silam, saat itu ekonomi Kaltim mengalami kontraksi terdalam, sejak 10 tahun terakhir. Penyebabnya utamanya adalah terjadinya kontraksi pada sektor pertambangan. Dimana COVID-19 “menyerang” secara global. Sedangkan penyebab terjadinya kontraksi yang begitu dalam, didorong oleh pelemahan beberapa sektor lain yang sudah menurun sejak beberapa tahun terakhir.
Kepala Perwakilan BI Kaltim Tutuk SH Cahyono menyebut, sektor batubara menjadi sektor utama yang “terpukul” pandemi COVID-19. Namun begitu, sektor lainnya juga tidak dipungkiri ikut merosot, diantaranya sektor usaha kecil masyarakat yang juga menjadi penompang perekonomian Kaltim.
” Sektor ekonomi utama, yaitu batubara dan industri yang paling terdampak COVID-19 paling besar. Ini terjadi karena adanya pembatasan aktivitas dan lemahnya permintaan,” ujarnya.
Tutuk SH Cahyono menjelaskan, akibat pandemi COVID-19, perkembangan ekonomi sempat melemah pada triwulan I hingga triwulan II tahun 2020, kemudian mulai “bernafas” di triwulan ke III. Perkembangan ekonomi ini semakin meningkat sejak triwulan IV tahun 2020, yang ditandai dengan perbaikan kinerja di sektor tambang. Selain itu, perbaikan ekonomi dunia, mendorong perbaikan ekonomi Kaltim baik pertumbuhan tahunan maupun triwulanan. Selain itu juga kinerja ekspor dan sektor tambang menjadi sumber perbaikan ekonomi Kaltim di triwulan IV 2020.
Hingga triwulan I tahun 2021, vaksinasi COVID-19 kian digencarkan. Hal ini juga memicu terjadinya perbaikan perekonomian di Kaltim. Namun demikian, Tutuk SH Cahyono mengingatkan, sejumlah tantangan distribusi vaksinasi COVID-19 tahap selanjutnya perlu diatasi sejak dini.
“Program vaksin COVID-19 tahap I dan tahap II di Kaltim memiliki pengaruh yang tinggi di Kaltim, utamanya pada sektor perekonomian yang mulai hidup. Tapi terdapat beberapa kendala pelaksanaan vaksinasi tahap selanjutnya terutama di tengah-tengah masyarakat yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana,” tutupnya.( URP ).
Sumber : Rilis BI Kaltim