Lensaborneo.com – Sri Puji Astuti, anggota DPRD Samarinda, menyoroti ketidakseimbangan antara jumlah sekolah inklusi di Samarinda dengan jumlah guru pendamping khusus yang kompeten.
Ia mengusulkan kerja sama dengan perguruan tinggi seperti UNMUL untuk menyelenggarakan program pelatihan khusus bagi guru.
Selain itu, Sri Puji juga menyoroti kendala implementasi kebijakan pendidikan inklusif akibat kurangnya anggaran dan guru pendamping khusus.
“Kita butuh lebih banyak guru yang terlatih, dan ini memerlukan kerja sama dengan perguruan tinggi, seperti UNMUL, untuk menyediakan pelatihan-pelatihan khusus,” tegasnya.
Meskipun terdapat 195 sekolah inklusif, jumlah guru yang memiliki pelatihan khusus untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) masih sangat terbatas.
Idealnya, setiap anak berkebutuhan khusus memiliki guru pendamping pribadi, namun realitanya, satu sekolah seringkali hanya memiliki satu atau dua guru untuk menangani puluhan anak.
“Peningkatan kualitas pendidikan inklusif penting, kita dapat melakukan itu melalui pelatihan guru yang lebih intensif,” tandasnya. (Liz/adv)