Penulis : Sita
Editor : Redaksi 02
Samarinda,LensaBorneo.com—Agenda tahapan sudah semakin padat, tinggal tiga bulan lagi, KPU Kota Samarinda, akan menggelar iven Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samarinda pun terus mempersiapkan tahapannya. Salah satunya ialah pengawasan dan pemantauan terhadap tempat pemungutan suara (TPS).
Ketua KPU Kota Samarinda Firman Hidayat ketika di Konfirmasi mengatakan bahwa untuk saat ini sesuai arahan KPU Pusat, tetap akan melaksanakan Pilkada walau di tengah pandemi, yang tentunya patuh dengan Protocol Kesehatan, “Langkah ini sesuai dengan arahan dari KPU pusat, berkegiatan di tengah Pandemic, dan ikuti ketata protocol kesehatan, “ Ungkap Firman kepada media ini.
Firman Juga menjelasakn tentang jumlah TPS yang ada di Kota Samarinda,dimana data terakhir soal TPS ( tempat pemungungan suara ), di samarinda, mencapai 1.666
Data terakhir ada 1.666 TPS di Samarinda, jika 5 persennya diambil sebagai sampel untuk pemantauan maka ada 58 TPS. Namun rencananya penyelenggara pesta demokrasi di ibu kota Kaltim ini bakal mengumpulkan angka maksimal. Nantinya masing-masing kelurahan kumpulkan sampel di dua TPS dengan kategori-kategori yang sudah ditentukan. Misalnya, dengan kategori daerah, kelurahan, atau desa yang berbatasan dengan wilayah lain. Sayangnya tak semuanya bakal berjalan mulus.
“Pasti ada kendala, misalnya saja kontur wilayah yang sulit dijangkau hingga angka positif COVID-19 di Samarinda yang terus naik yang buat sejumlah RT karantina mandiri,” terangnya.
Langkah evaluasi TPS ini bakal berlanjut hingga 13 Agustus nanti termasuk pendataan pemilih. Dari sejumlah TPS, daerah perbatasan kabupaten/kota lain yang nantinya bakal mendapat perhatian khusus dari KPU Samarinda. Seperti Kelurahan Sambutan, lalu Kelurahan Singosari. Keduanya berada di bagian selatan Samarinda yang langsung berbatasan dengan Kutai Kartanegara (Kukar).
“Ini demi mengantisipasi kemungkinan mobilisasi orang (saat pilkada nanti). Namun hal tersebut bakal sulit dilakukan karena jarak pemukiman dan batas berjauhan. Mobilisasi pasti terlihat karena hanya ada 1 jalur. Jadi tidak ada kesulitan untuk memantau pergerakan orang,” tegasnya.
Sebenarnya, tambah dia, saat ini pihaknya juga alami kendala untuk proses evaluasi di Kelurahan Sambutan. Pasalnya warga masih waswas dengan aktivitas banyak orang. Sebagian masyarakat tak mau membuka pintu rumahnya. Maklum pandemik COVID-19 belum berakhir. Pihaknya pun mencari solusi terbaik terkait hal tersebut. Salah satunya ialah meminta data penduduk lewat ketua RT.