Lensaborneo.com- Kota Samarinda terus menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakatnya. Meskipun air minum kemasan semakin populer, sebagian warga masih mengandalkan sumber air ledeng, sumur bor, dan sumur terlindungi.
Namun, tren konsumsi air minum kemasan tampak semakin mendominasi kehidupan warga. Fenomena ini menggambarkan bagaimana masyarakat semakin mengutamakan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Deni Hakim Anwar, Anggota DPRD Kota Samarinda, mengakui bahwa penggunaan air galon atau kemasan lebih banyak dipilih karena dianggap lebih praktis dan ekonomis.
“Mayoritas masyarakat sekarang mencari yang praktis. Mereka ingin air yang bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak,” jelas Deni.
Selain itu, lanjutnya, biaya untuk membeli air galon lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan air ledeng yang memerlukan proses pemasakan dan membutuhkan gas.
Di sisi lain, Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Kencana Samarinda untuk menjawab tantangan ini dengan mengembangkan fasilitas pengolahan air siap minum.
Deni mendukung hal tersebut, meskipun dia menyadari bahwa saat ini prioritas utama Perumdam adalah memastikan ketersediaan air bersih untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK).
“Perumdam masih dalam proses memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terkait air bersih untuk MCK, namun dalam jangka panjang, mereka membangun fasilitas yang memungkinkan warga menikmati air siap minum langsung dari keran,” tuturnya.
Hal ini menurutnya menjadi langkah maju yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air minum kemasan.
Tantangan utama yang dihadapi Samarinda adalah cakupan layanan air bersih yang belum merata di seluruh wilayah kota.
Meskipun beberapa daerah sudah mendapatkan akses air ledeng, masih ada sebagian wilayah yang belum terlayani dengan baik.
Deni menekankan pentingnya penyebaran jaringan air bersih yang merata di seluruh Samarinda. Ia berharap pada tahun 2025, seluruh masyarakat Samarinda sudah bisa menikmati akses air bersih tanpa kendala.
“Kami berharap pada 2025, setiap sudut Samarinda sudah memiliki akses yang memadai terhadap air bersih. Ini adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar kota ini layak huni. Tidak hanya untuk minum, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci,” tandas Deni. (Liz/adv)