Kukar.Lensaborneo.com – Anggaran fantastis hingga Rp2,2 triliun ternyata belum cukup membuat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) bernafas lega. Mayoritas dana habis terserap untuk belanja rutin seperti gaji pegawai dan operasional, memaksa dinas ini berpikir kreatif demi memastikan kualitas pendidikan tetap terjaga.
Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menjelaskan bahwa dari total anggaran tersebut, hanya sekitar Rp200 miliar yang bisa digunakan untuk program-program pengembangan pendidikan secara langsung.
“Kalau dilihat sekilas jumlahnya besar, tapi kenyataannya sebagian besar langsung habis untuk gaji dan operasional. Sisanya harus dikelola sangat hati-hati,” ujar Thauhid belum lama ini.
Strategi Bertahan di Tengah Tekanan Anggaran
Menghadapi keterbatasan dana pengembangan, Disdikbud melakukan efisiensi besar-besaran. Thauhid menyebut ada penghematan hingga Rp30–40 miliar dari kegiatan administratif seperti perjalanan dinas dan pertemuan rutin, yang kemudian dialihkan untuk mendukung kegiatan strategis.
Fokus utama tetap pada:
Peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan intensif,
Pengadaan alat pembelajaran yang menunjang proses belajar mengajar,
Pembangunan dan renovasi sekolah, khususnya di daerah terpencil,
Penguatan digitalisasi pendidikan untuk menjangkau lebih luas.
“Kami memangkas segala hal yang tidak berdampak langsung ke ruang kelas. Prioritas utama kami adalah siswa dan guru,” tegasnya.
Tantangan Tambahan: 1.000 PPPK Baru
Tahun ini juga menjadi tantangan karena penambahan lebih dari seribu pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Gaji mereka kini turut membebani struktur anggaran.
“Mereka dibutuhkan, tentu. Tapi konsekuensinya besar, apalagi dari sisi fiskal,” terang Thauhid.
Meski begitu, ia menegaskan pihaknya tidak akan membiarkan mutu pendidikan Kukar menurun. Disdikbud mengatur ulang prioritas agar semua program strategis tetap berjalan meski dengan dana yang terbatas.
Uang Bukan Segalanya
Thauhid menekankan pentingnya cara pandang yang bijak terhadap anggaran pendidikan. Besarnya anggaran bukan jaminan sukses, jika tidak dikelola secara efektif.
“Pendidikan bukan sekadar hitungan rupiah. Kami ingin pastikan bahwa dana yang ada betul-betul menyentuh kebutuhan mendasar di lapangan,” tandasnya.
Dengan strategi efisiensi dan prioritas yang jelas, Disdikbud Kukar berharap dunia pendidikan tetap bisa bergerak maju, meski dalam tekanan keuangan yang ketat. (Adv/Kominfokukar)