Lensaborneo.com, Samarinda – PT Equalindo Makmur Alam Sejahtera (EMAS) di Desa Kertabuana, Kecamatan tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, berhasil mengembangkan pertanian terintegrasi (integrated farming) di lahan bekas tambang.
Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi menyempatkan diri melakukan kunjungan ke beberapa kandang sapi, kambing, dan olahan pupuk milik PT EMAS pada Selasa (10/5/2022).Hadi Mulyadi mengapresiasi perusahaan tambang batubara yang mempu mengolah bekas lahan tambang yang dimiliki untuk kesehajteraan masyarakat.
“Kita berharap lokasi bekas tambang milik PT EMAS ini dapat menjadi percontohan bagi perusahaan tambang batubara lainnya di Kaltim. Selama lahan bekas tambang untuk peningkatan kesejahteraan masyrakat sekitar dan membuka lapangan pekerjaan, kita akan dukung,” ucap Wagub Hadi Mulyadi pada Selasa (10/5/2022).
Integrated Farming di lahan bekas tambang dengan nama panggilan EM 52 atau Embalut 52 dengan luas 52 hektar (ha) ini membudidayakan 270 ekor sapi bali, simental dan limosin, 670 ekor kambing jenis boer dan kambing yang diimpor dari Australia serta terdapat peternakan ayam kampung sebanyak 7.000 ekor dan ayam petelur sebanyak 760 ekor.
Wagub juga meminta pihak perusahaan untuk mengembangkan komoditas jagung. Menurutnya selain cepat panen dan sangat menguntungkan juga tanaman ini semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan baik bagi ternak maupun untuk kompos.
“Harapan kita adalah perusahaan tambang batubara yang ada di Kaltim baik pemegang PKP2B maupun IUPK dapat mencontoh program pasca tambang milik PT EMAS ini. Seyogyanya mereka juga membangun peternakan, pertanian, perikanan selain mencukupi kebutuhan pangan masyarakat juga memberikan kesejahteraan masyarakat sekitarnya,” ujar Hadi.
Sementara itu komisaris PT EMAS, Ismed Barakbah menjelaskan jika integrated farming milik PT EMAS ini awalnya dianggap “ide gila” karena membangun peternakan yang dimulai dari pembibitan dan pembesaran ternak. Selain itu bekas tambang batubara yang mengandung asam sangat tinggi harus dinetralkan sebelum dapat ditanami dengan pepohonan jenis hutan maupun pohon hortikultura.
“Ini awalnya memang dianggap proyek “gila” karena hanya mengeluarkan uang tanpa ada pemasukan. Namun setelah berdiri sejak tahun 2016, kami sudah bisa menjual hasil-hasil ternak ke pasar modern dan lokal serta menjual kompos untuk pupuk warga sekitarnya,” jelas Ismed Barakbah.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Siti Farisyah Yana mengatakan di Kaltim sudah terbangun integrated farming di beberapa kabupaten seperti di Kukar dan Berau.
“Datanya kita punya lengkap. Namun sesuai arahan wagub tadi memang kita lebih intergasikan peternakan dan tanaman jagung agar dapat menekan ongkos produksi. Karena jagung mudah tumbuh, cepat panen dan daun serta buahnya dapat digunakan untuk pakan ternak,” ujar Yana.(YL/adv/diskominfokaltim)