Lensaborneo.com, Samarinda — Mandau asal Kalimantan Timur berhasil dicatatkan pada Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Mandau terbesar di Indonesia. Pemberian penghargaan ini diserahkan bersamaan dengan acara peresmian pasar S.I.A.P QRIS, yang dilaksanakan di Atrium Pusat Perbelanjaan Big Mall Kota Samarinda pada Senin (09/05/22).
Pemberian penghargaan ini merupakan apresiasi seni dan budaya Kaltim karena sebagai pelestarian budaya dengan sebuah mandau terbesar yang diraih oleh Mandau Singala Api-Api dengan panjang 6.38 meter dan lebar 65 Cm.
Penyerahan piagam Rekor Muri ini disaksikan langsung oleh Wali Kota Samarinda, Andi Harun, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim serta Deputi Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dan dipajang untuk dilihat warga Samarinda di Big Mall mulai tanggal 10 hingga 15 Mei 2022 di Upper Ground Floor Pusat Perbelanjaan Big Mall Kota Samarinda.
Mandau merupakan salah satu senjata tradisional khas suku Dayak di Kalimantan yang sekilas berbentuk seperti sebuah pedang dengan gagang kayu berukiran khas Kalimantan. Mandau terbesar ini adalah salah satu benda berharga milik Lamin 1001 Mandau, Kecamatan Jembayan, Kutai Kartanegara.
H. Ahmad Ismail, yang akrab disapa Panglima Mandau, menerima langsung penghargaan rekor Muri tersebut mengatakan dalam proses pembuatan mandau ini memerlukan tenaga kerja sebanyak 13 orang untuk menyelesaikan satu rangkaian mandau raksasa ini.
“Cukup lama prosesnya hampir dua tahun, kita mengerjakannya bersama-sama. Dimulai pada tahun 2020 hingga awal 2022,” ucap Panglima Mandau,Ahmad Ismail.
Dijelaskannya, tidak hanya memakan waktu yang cukup lama, pembuatan mandau ini juga mengalami tingkat kesulitan yang berbeda dibandingkan pembuatan mandau pada umumnya. Jika pembuatan Mandau pada umumnya ditempa dengan menggunakan bahan bakar arang kayu, maka untuk Mandau ini digunakan bahan bakar gas.
Mandau Singala Api-Api ini sendiri dibentuk dari patahan-patahan pisau krauser yang dikumpulkan dan dibentuk menjadi lempengan mandaunya. Sedangkan gagangnya terbuat dari kayu jambu yang diukir dan dibalut hiasan warna-warni khas suku Dayak.
Panglima Mandau ini juga menjelaskan bahwa tujuan dari pembuatan mandau ini adalah untuk melestarikan budaya Kalimantan, agar senjata mandau tidak punah dimakan zaman.
“Supaya budaya ini tidak hilang, dan anak-anak muda semakin menyukai dan mengetahui senjata khas mandau ini,” jelasnya.
Setelah acara ini selesai, mandau akan disimpan di Lamin 1001 Mandau, Desa Jembayan, Kutai Kartanegara, karena disana juga terdapat koleksi ribuan mandau khas suku dayak Kaltim.
Panglima Mandau ini juga menginginkan mandau tersebut dapat dikenal hingga mancanegara, dan bisa dibawa pada tingkat internasional.
“Keinginan kita bukan hanya ditunjukkan di Indonesia saja, tetapi juga bisa dibawa sampai dunia internasional,” harapnya.(NIA/YL/Adv/Diskominfo Kaltim))