Di Himbau Masyarakat Tidak Usah Panik, Karena Ketersediaan Minyak Goreng Tetap Ada
SAMARINDA,LENSABORNEO.COM, Hingga saat ini, minyak goreng masih menjadi barang langka di pasaran. Sehingga pemerintah harus turun tangan untuk mengurangi beban masyarakat, salah satunya dengan menggelar oprasi pasar murah di berbagai wilayah juga di Samarinda.
Kenaikan minyak goreng telah terjadi sejak akhir tahun 2021 disaat pemerintah memberlakukan satu harga yang lebih murah di seluruh Indonesia. Dimulai sejak November 2021, harga minyak goreng naik meroket dan langka dipasaran.
Pemerintah pun turun tangan dengan mematok kebijakan satu harga untuk minyak goreng, yakni Rp 14.000 per liter. Apapun mereknya, bahkan untuk kemasan premium. Sejak saat itu minyak goreng yang awalnya dijual Rp 34-38 ribu per liternya, sulit didapatkan di pasaran.
Seperti yang di katakan oleh Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Ir Siti Fahrisyah Yana, kepada wartawan lensaborneo ketika di temui di ruang kerjanya pada Kamis (10/3/2022).
Ia mengatakan, saatnya kini masyarakat kembali ke pola hidup sehat dengan tidak terlalu banyak makanan yang digoreng. Makanan bisa saja direbus, dikukus, dibakar hingga menggunakan alat masak oven dan sebagainya.
“Adanya kelangkaan seperti ini kita harus lebih berpikir bijak, kalau perlu dengan hidup sehat dengan mengurani goreng-gorengan,” ungkapnya.
Di lanjutkan Yana, dengan kelangkaan dan situasi sulit mendapatkan minyak goreng, para ibu diajak untuk lebih berpikir bijak dengan pola hidup sehat, dengan mengurangi porsi gorengan.
Ia sangat berharap dan menghimbau masyarakat, untuk dapat mengkonsumsi pangan yang sehat. Makanna yang direbus atau sedikit menggunakan minyak goreng tentulah lebih sehat dan tidak tergantung dengan gejolak pasar.
“Kita mungkin kedepan melakukan konsumsi pangan yang sehat dan tidak juga terlalu tergantung kepada goreng-gorengan, bisa saja, dan mungkin ini menyadarkan kita untuk hidup sehat,” bebernya.
Yana mengatakan, kelangkaan minyak goreng karena banyak masyarakat terlalu khawatir dan melakukan pembelian berlebih (panic buying), dengan membeli migor dalam jumlah banyak, padahal kebutuhan untuk rumah tangga telah tercukupi.
Dengan situasi kelangkaan migor, kata Yana harus lebih berpikir dalam kesederhanaan dan tidak terlalu menyetok minyak goreng dalam jumlah banyak.
“Jadi kalau misalnya dalam satu keluarga ada 5 orang, tidak perlu juga membeli banyak misalnya 5 orang di kali 2 liter. Jadi dicukupkan saja, tidak usah panik karena ketersediaan minyak goreng tetap ada,” jelas Yana lagi.( Ony )
Penulis : Or
Editor : YL