Redaksi: Redaksi 02
Reporter: Samuel
Samarinda,LensaBorneo.com –Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menggelar Sosialisasi dan Publikasi literasi media dengan topik “Menjaga Indonesia dan Perbatasan Melalui Penyiaran Digital” yang bertempat di Main Ballroom Hotel Aston Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Kamis (22/10/2020).
Kegiatan tersebut. Dilakukan oleh KPI bekerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) serta Kemkominfo RI. Yang menghadirkan 4 Narasumber dari Komisi I DPR RI, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia, Wakil Ketua KPI Pusat, serta Direktur BAKTI, secara virtual via aplikasi Zoom.
Kegiatan dibuka langsung oleh Agung Suprio selaku Ketua KPI Pusat. Dimana pada sambutannya ia menceritakan mengenai prospek kegiatan penyiaran dimasa yang akan datang.
Agung sapaan akrabnya. Mengatakan bahwa dulu KPI berinisiasi untuk meningkatkan penyiaran pertelevisian di daerah perbatasan. Dengan menghadirkan teknologi digital berjarak atau yang akrab disebut Multiplexer pada 2017.
Pemerintah melalui Kemenkominfo. Memberikan alat tersebut kepada daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) melalui stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI). Dimana KPI kemudian berinisiatif untuk menyebarkan teknologi tersebut kepada televisi swasta lainnya.
“Kami ingin televisi swasta juga memanfaatkan multiplexer TVRI agar masyarakat di daerah perbatasan dapat menikmati berbagai informasi dan hiburan seperti masyarakat di daerah bukan perbatasan,” ucap Agung dalam sambutannya Kamis (22/10/2020).
Sehingga dampaknya dimasa sekarang. Ia menjelaskan bahwa penggiat Televisi lokal berkembang dengan pesat, dan bertambah banyak di seluruh indonesia. Diperkuat dengan pembelajaran yang dilakukan kepada beberapa negara yang gagal melakukan perpindahan jenis perangkat yang dulu sifatnya analog menjadi digital seperti Italia dan Thailand.
“Banyaknya media digital, membuat mencari iklan semakin sulit, sehingga kita perlu mengntisipasi hal itu,” sambungnya Agung.
Agung bahkan mengatakan bahwa menurut survey yang dilakukan oleh Nielsen media. Mayoritas warga Indonesia masih menonton televisi masih tinggi. Sehingga ia menjelaskan bahwa potensi peningkatan audiens TV di masa mendatang semakin besar ketika jaringan yang sebelumnya mengadopsi jaringan analog berubah menjadi jaringan digital.
Sehingga. Terkait nasib Televisi di masa yang akan datang. Agung mengatakan bahwa Kualitas gambar di layar kaca akan lebih jernih dan meningkat dengan adanya teknologi 5G. Ditambah dengan kemudahan akses yang bisa didapatkan oleh audiens ketika teknologi ini sudah diterapkan di Indonesia.
“Televisi bisa dilihat di handphone tanpa simcard dan membeli data. Televisi akan semakin eksis,” pungkas Agung.