Lensaborneo.com- Pasar Ramadan telah menjadi tradisi yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Kota Samarinda.
Fenomena ini bukan hanya mencerminkan aspek keagamaan, tetapi juga menjadi momen penting dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat. Namun, seperti halnya di tempat lain, hadirnya pasar Ramadan juga membawa tantangan tersendiri terkait dengan lalu lintas dan mobilitas di sekitar lokasi pasar tersebut.
Ketua Komisi II DPRD Kota Samarinda, Fuad Fakhruddin, menyoroti dampak kemacetan dan padatnya jalan raya yang seringkali terjadi di sekitar pasar Ramadan, terutama saat jam berbuka puasa.
Ia dengan tegas menggarisbawahi pentingnya memiliki infrastruktur yang memadai, khususnya lahan parkir, untuk mengantisipasi potensi gesekan dan kecelakaan antara pengendara dan pengunjung.
“Menyediakan lahan parkir yang cukup dan teratur menjadi kunci untuk mengelola lalu lintas dan memastikan keamanan bagi pengunjung,” ujarnya.
Fuad menyadari bahwa parkir di bahu jalan tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan bagi pengguna jalan.
Walaupun pasar Ramadan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Samarinda umumnya telah memperhitungkan segala aspek, termasuk pengaturan parkir dan pengamanan lalu lintas, namun demikian, pasar Ramadan yang didirikan atas inisiatif masyarakat mungkin belum memiliki infrastruktur yang memadai.
Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam memastikan bahwa pasar Ramadan yang diselenggarakan dapat berjalan dengan lancar dan aman bagi semua pihak.
Selain itu, hal ini juga menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang dalam membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan sosial dan keagamaan, seperti pasar Ramadan.
“Diharapkan momen berkah bulan Ramadan dapat dijalani dengan aman, nyaman, dan penuh keberkahan bagi seluruh masyarakat Kota Samarinda,” tutupnya.(Liz/adv/dprdsamarinda)