Balikpapan, Lensaborneo.com – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dipimpin oleh Menteri LHK Siti Nurbaya. Acara ini digelar di Balikpapan tepatnya di Pantai Banua Patra Jalan Sudirman Balikpapan pada Sabtu (11/06/2023).
Hadir pula pada peringatan kali ini Dirjen PPK Sigit Reliantoro, Pimpinan Komisi IV DPR RI, Badan OIKN , Direktur Utama PT PGN,Tbk. serta dari perusahaan.
Dalam rangkaian acara Menteri LHK Siti Nurbaya memimpin acara teleconference dengan 117 kota seluruh kota tepi pantai. Dalam keterangannya kepada wartawan Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan yang paling berhasil untuk mengedukasi masyarakat adalah tulisan-tulisan pers. Karena subyek atau bahasa bahasa di lingkungan atau kehutanan itu sangat teknis dan susah dipahami.
“Tapi kawan-kawan jurnalis bisa menuliskan dengan bahasa yang bisa diterima dan dimengerti oleh masyarakat,” ujarnya.
Ia juga harus berterima kasih bahwa sejak tahun baru mulai penanganan sampah. Indonesia terus berjuang melawan kebakaran hutan antara lain dengan monitoring hotspot dan lainnya.
“Itu semua kita sudah bisa melihat perkembangannya sampai sekarang di 2023 dan 2016 itu proses yang sangat tidak mudah. Dan sekarang ujungnya sudah kelihatan bahwa konteksnya adalah lingkungan yang terpuringkan dan emisi karbon yang harus bisa menjamin kelestarian tetapi juga bisa memberikan keekonomian bagi masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, di akhir Pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sebagai Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya mempersiapkan ujungnya seperti apa. Pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2023 secara Internasional ditetapkan dengan tema Dip Plastik Polusion .
“Jadi kita mengendalikan polusi sampah plastik. Kalau diingat juga apa yang kita lakukan di Indonesia tentang sampah plastik tahun 2016. Hari itu ada surat dari Dirjen untuk kantong plastik berbayar. Jadi ancur- ancuran deh,” ujarnya.
Dengan demikian kami melakukan evaluasi apa yang terbaik sebetulnya dari yang diharapkan oleh masyarakat. Sehingga tidak pakai lagi istilah kantong plastik berbayar yang sekali pakai itu.
“Saya berterimakasih karena hal hal yang berkait dengan kebijakan lingkungan itu tumbuhnya berdasarkan koreksi-koreksi dari masyarakat, terutama yang ditulis oleh jurnalis. Dari situ kita juga 2018 itu keluar peraturan Presiden tentang penanganan sampah plastik di laut,” ucapnya.
Sebetulnya faktanya bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia sampah plastik laut itu datangnya dari darat. Oleh karena itu harus diselesaikan dahulu persoalan sampah plastik ini paralel antara dilaut dan didarat. Pantai tentu menjadi bagian penting karena 80 persen sampah laut itu adalah plastik yang datang dari darat. Mungkin di atas 40 persen itu isinya plastik.
Kementerian juga sudah mempelajari tentu selain dipantai juga di gunung-gunung. Penelitian di Taman Nasional itu menunjukkan bahwa 56 persen sampah itu plastik.
“Oleh karena itu sampah plastik kita perangi itu adalah tema yang cukup tepat dan saya berterima kasih untuk Indonesia yang sebetulnya paralel. Sejalan dengan perjalanan kita di Indonesia,” tutupnya.(Lik/adv/kominfokaltim)