Lensaborneo.com, Kukar — Wakil Gubernur Kaltim H Hadi Mulyadi menegaskan berdasarkan data Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kaltim-Kaltara, ada 373 hektar luas kawasan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kaltim selama 2022. Jumlah titiknya menyasar mencapai 168 hutan dan 206 area penggunaan lain.
“Sehingga Kaltim masuk urutan ke-24 di Indonesia tingkat kasus Karhutla,” ujar Wagub Hadi Mulyadi saat Gladi Posko Karhutla tahun 2023, yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim, di Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada Senin (31/7/2023)..
Sementara menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan pada 24 Juli 2023 mendeteksi 24 titik panas (indikator awal kebakaran hutan dan lahan) tersebar di Provinsi Kalimantan Timur.
“Untuk itu, semua pihak diminta waspada agar jumlah titik panas tidak bertambah,” pesannya.
Dihadapan 653 personel yang mengikuti Gladi Posko Karhutla tahun 2023, Wagub Hadi mengatakan Kaltim masih memiliki hotspot atau titik panas api, karenanya tidak boleh lengah dan harus terus waspada untuk menjaga wilayah terhadap Karhutla, terutama dengan adanya Ibu Kota Nusantara.
“Kebakaran hutan dan lahan menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosial, ekonomi, ekologi dan politik pada skala nasional, regional ASEAN maupun global (perubahan iklim dan pemanasan global) yang beresiko sangat merugikan bagi daerahnya dan negara,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui bersama, lanjutnya, wilayah Provinsi Kaltim merupakan daerah yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan terutama disebabkan oleh faktor manusia, maka perlu dilakukan upaya upaya pencegahan dan penanggulangannya.
“Menyadari betapa besar dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan menuntut tanggung jawab kita bersama untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya (Or/Adv/Kominfokaltim)