Samarinda,Lensaborneo.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (KPw BI Kaltim) menyatakan inflasi yang terjadi pada bulan September karena masih tingginya permintaan dan aktivitas ekonomi masyarakat yang dipengaruhi oleh penyelenggaraan beberapa event besar berskala Nasional di Kalimantan Timur.
Selain banyaknya kegiatan MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) yang digelar di Kaltim serta adanya gangguan produksi dan distribusi yang disebabkan oleh anomali cuaca.
Kepala KPw BI Kaltim, Budi Widihartanto dalam rilisnya menjelaskan inflasi Kaltim pada bulan September masih sejalan dengan tren penurunan sejak bulan Mei 2024 hingga saat ini. Meskipun tekanan inflasi pada bulan September Iebih tinggi dari periode Agustus 2024.
Inflasi atau Indeks Harga Konsumen bulan September 2024 tercatat sebesar 0,6% (mtm), atau mengalami inflasi sebesar 2,16% (yoy) dan 1,24% (ytd).
“Adapun secara tahunan, inflasi IHK Kaltim pada bulan ini tercatat sedikit Iebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yaitu 1 ,84% (yoy), tetapi masih dalam koridor target inflasi nasional,” ujarnya pada Rabu (2/10/2024).
Ditambahkan, upaya untuk menjaga keterjangkauan harga melalui pasar murah terus dilakukan di Kota Samarinda, Kota Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Paser, Berau dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sementara untuk kelancaran distribusi pangan telah diberikan pemberian subsidi ongkos angkut dalam kegiatan pasar murah. Sebagai penguatan komunikasi efektif, komunikasi antar TPID Se-Kaltim terus dilakukan melalui rapat koordinasi.
“Ini untuk mengambil langkah konkret dalam pengendalian inflasi di kota Samarinda dan kabupaten Berau, Kabupaten Mahakam Ulu pada tanggal 23 September 2024 dalam rangka Evaluasi Kegiatan Pengendalian Inflasi dan Rencana Program Unggulan,” jelasnya.
Melalui upaya TPID tersebut, pencapaian inflasi Kaltim periode September diharapkan dapat terjaga pada rentan inflasi nasional dan melanjutkan tren inflasi yang rendah dan stabil.
Kepala KPw BI Kaltim, Budi Widihartanto. berharap Ke depan, TPID Provinsi Kaltim akan terus berkolaborasi dan dalam menjalankan program pengendalian inflasi melalui strategi 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi efektif.
“Melalui inflasi yang terkendali diharapkan dapat menjadi momentum pertumbuhan ekonomi Kaltim yang berkelanjutan melalui daya yang terjaga,” ujar Budi Widihartanto.
Sementara itu, inflasi Kaltim periode September 2024 utamanya disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,10%.
Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan oleh komoditas ikan layang, ikan tongkol, akibat cuaca dan gelombang yang tidak mendukung, kangkung, udang basah, dan bayam. Inflasi ditahan oleh kelompok transportasi dengan andil -0,08 yang sejalan dengan melemahnya tekanan angkutan udara sejalan dengan normalisasi angkutan udara pasca HBKN.
Upaya pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terus dilakukan untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Kaltim oleh TPID se-Kaltim. (hms BI )
sumber : Rilis humas BI Kaltim