Lensaborneo.id, Samarinda – Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim Tutuk SH Cahyono menyebut, Kaltim adalah daerah potensial penghasil beras terbesar nasional. Hal ini di sampaikan Tutuk ketika di konfirmasi Media ini pada saat kegiatan bazar murah pada Kamis ( 6/5/2021 ). Bersama Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Dia menyebutkan beberapa daerah seperti Kabupaten Paser, Kabupaten Paser Panajam Utara (PPU) dan Berau adalah daerah-daerah dengan jumlah besar produksi beras dengan kualitas baik.
Untuk terus mendorong peningkatan produksi beras, BI Kaltim kata Tutuk SH Cahyono melalukan binaan-binaan kepada kelompok tani yang tersebar di kabupaten/kota di Kaltim. Salah satunya dengan program teknologi Hazton, yang mana teknologi ini dapat mengembangkan hasil pertanian hingga berkali-kali lipat dengan sasaran penanaman beras organik.
“Kalau kita bicara beras, sebenarnya Kaltim potensial. Ada beberapa tempat proses produksi seperti PPU, Paser dan Berau. Kami juga punya binaan di sana. Bahkan kami tidak hanya sekedar beras, kami juga membina kelompok petani beras organik, metodenya menggunakan Hazton,” terang Tutuk SH Cahyono.
“Metode ini bisa meningkatkan produksi setiap dari hasil beras yang diproduksinya, jadi lebih tinggi. Misalnya satu hektar jadi sekian hasilnya, lebih tinggi,” sambungnya.
Untuk itu lanjut Tutuk SH Cahyono, diperlukan sinergi berbagai pihak untuk dapat bersama-sama menciptakan food estate beras dalam skala besar.
Selian itu kata dia, diperlukan juga edukasi kepada para petani dan memperkuat kelembagaan untuk pendistribusian hasil produksi petani agar tidak jatuh ke tangan para tengkulak.
“Persoalannya, bagaimana kita dan semua pihak bergandengan tangan, menciptakan food estate beras dalam skala kecil seperti di Kalteng, karena kebutuhan banyak. Petani juga harus didik, karena beras ini perlu ketekunan. Selanjutnya after, pasca panen, petani dikuatkan kelembagaannya. Mungkin koperasi, kelompok tani supaya tidak jatuh pada tengkulak,” ujar Tutuk SH Cahyono.
Dengan melakukan distribusi penjualan hasil produksi beras sendiri, kata Tutuk SH Cahyono, maka hasil yang diperoleh petani jauh lebih banyak, ketimbang menjual hasil produksi pada tengkulak.
“Bisa dikelola profesional, jadi mereka bisa jual di sini dan harga yang diterima petani Fu, tinggal dikurangi transportasi saja. Itu jauh lebih efisien. Jadi mari bersama membangun Kaltim, kalau perlu kita datangkan ahlinya.
Seperti di Berau, hasil panen habis dibeli BAZNAS, disalurkan ke kaum duafa, tidak ada sisa. Beras sehat, kelompok tani sejahtera. Kalau BI hanya fasilitasi untuk stabilitas harga saja tapi dari teknis, Dinas Pertanian. Memang tidak semua berhasil, tapi tidak apa-apa. Ini pembelajaran bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup,” pungkasnya.
Penulis : URP
Editor : Yanka